Kamis, 18 Oktober 2012

Mimpi Religius

Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah  debat  seru, akhirnya  mereka  bersepakat  memberikan  roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Tidurlah mereka.

Pagi harinya, saat bangun, pastur bercerita: "Aku bermimpi melihat kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang istimewa sekali."

Yogi menukas, "Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai."

Nasrudin  berkata,  "Aku  bermimpi  sedang  kelaparan  di  tengah  gurun,  dan  tampak bayangan  nabi  Khidir  bersabda  'Kalau  engkau  lapar,  makanlah  roti  itu.'  Jadi  aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga

Tampak Seperti Wujudmu

Nasrudin sedang merenungi harmoni alam, dan kebesaran Penciptanya. "Oh kasih yang agung.
Seluruh diriku terselimuti oleh-Mu. Segala yang tampak oleh mataku. Tampak seperti wujud-Mu."

Seorang  tukang  melucu menggodanya,  "Bagaimana  jika ada orang  jelek dan dungu lewat di depan matamu ?"

Nasrudin berbalik, menatapnya, dan menjawab dengan konsisten: "Tampak seperti wujudmu."

Aku Rasa Engkau Benar

Nasrudin  sedang  menjadi  hakim  di  pengadilan  kota.  Mula-mula  ia  mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar:

"Aku rasa engkau benar."

Petugas majelis membujuk Nasrudin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri.  Terdakwa  diwakili  oleh  pengacara  yang  pandai  mengolah  logika,  sehingga Nasrudin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai, Nasrudin kembali berkomentar:

"Aku rasa engkau benar."

Petugas  mengingatkan  Nasrudin  bahwa  tidak  mungkin  jaksa  betul  dan  sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nasrudin menatapnya lesu, dan kemudian berkomentar:

"Aku rasa engkau benar."

Api

Hari  Jum`at  itu,  Nasrudin  menjadi  imam  Shalat  Jum`at.  Namun  belum  lama  ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk,  dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah,

"Api ! Api ! Api !"

Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya,

"Dimana apinya, Mullah ?"

Nasrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya, "Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah."

Perusuh Rakyat

Kebetulan  Nasrudin  sedang  ke  kota  raja.  Tampaknya  ada  kesibukan  luar  biasa  di istana. Karena ingin tahu, Nasrudin mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah.

"Menjauhlah engkau, hai mullah!" teriak pengawal. [Nasrudin dikenali sebagai mullah karena pakaiannya] "Mengapa ?" tanya Nasrudin.

"Raja  sedang  menerima  tamu-tamu  agung  dari  seluruh  negeri.  Saat  ini  sedang berlangsung pembicaraan penting. Pergilah !" "Tapi mengapa rakyat harus menjauh ?"

"Pembicaraan  ini  menyangkut  nasib  rakyat.  Kami  hanya  menjaga  agar  tidak  ada perusuh yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah !"

"Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana ?"
kata Nasrudin sambil beranjak dari tempatnya
 

Asal Pengunjung

Total Tayangan Laman